|
13 Jun 2020 Friday Night Horror Story: A Suspicious Customer Service Channel38147 Cerita Horror Jumat Malam: Saluran Layanan Pelanggan yang Janggal This story is only available in Indonesia. Saat itu saya mengunjungi daerah pinggir kota yang bersebrangan dengan lautan bersama teman saya, Abby. Saat itu saya menginginkan suasana liburan yang berbeda dan lebih alami. Saya memesan penginapan yang terlihat homy – maksudnya berbentuk seperti rumah, tidak baru, tapi terlihat nyaman – kalau tidak salah namanya Penginapan Rekan. Ketika saya tiba di kamar bersama Abby, kamar itu persis seperti di foto… untungnya. Lokasinya di lantai tiga juga memberikan pemandangan jauh ke pantai yang mengagumkan. Saat itu hari masih sore dan liburan berjalan dengan sangat menyenangkan. Kami berjalan menyusuri pantai, menikmati makan malam seafood dengan minuman warna warni beralkohol, dan kembali ke penginapan dengan perasaan… terlalu hepi. Hari sudah cukup larut ketika kami tiba di kamar. Saya masuk ke kamar mandi lebih dulu, sementara Abby meluruskan kaki di ranjang. Kamar mandi itu masih mempertahankan keramik lama walaupun sudah dilengkapi peralatan modern seperti lampu LED, kloset duduk dan shower. Ketika air hangat mengalir dari shower dan membasahi muka, rasanya enak. Walaupun begitu entah kenapa ada sedikit perasaan was was – ah, mungkin hanya karena belum terbiasa dengan lingkungannya. Saya keluar dari kamar mandi dan gantian Abby yang masuk ke kamar mandi. Saya melihat televisi menyala, tapi tidak ada siaran, hanya serangkaian ada serangkaian semut. Saya matikan televisi tersebut, lalu menuju lemari. Saya hanya mendapati satu mantel handuk biru - seharusnya ada sepasang di setiap kamar. Saya baru akan menelpon saluran layanan pelanggan hotel, ketika televisi menyala lagi. Lagi-lagi tidak ada siaran. Mungkin tombol mati nyala-nya error. Saya menekan tombol power yang ada di televisi untuk mematikannya. Kemudian saya menghubungi saluran layan pelanggan. --- Terima kasih telah menghubungi saluran layanan pelanggan. Harap dengarkan baik-baik item menu berikut.
Saya menekan tombol nomer tiga <Bip> dan meminta satu mantel handuk lagi untuk Abby. Ketika menunggu pegawai penginapan datang, televisi itu menyala lagi. Ketika saya menelusuri kabel listriknya, televisi itu mati dengan sendirinya. Aneh. Pegawai penginapan datang dengan membawakan sebuah handuk biru yang terlipat rapi. Saya mengeluhkan masalah televisi itu kepada dia, tapi dia bilang dia kurang mengerti dan meminta saya untuk melaporkannya melalui saluran layanan pelanggan. Saya menelpon saluran layanan pelanggan lagi. --- Harap dengarkan baik-baik item menu berikut.
<Bip> Harap dengarkan baik-baik item menu berikut.
<Bip> Harap dengarkan dengan cermat menu berikut.
<Bip> Saya menekan tombol nomer satu dan seseorang menjawab bahwa mereka akan mengganti televisi tersebut dengan unit yang lain dan meminta maaf atas ketidaknyamanannya. Tak lama kemudian seorang teknisi datang dan mengganti televisi tersebut dengan model yang lebih baru. Saya memberinya sedikit uang sebagai tips walaupun menurut saya itu adalah kesalahan mereka. Abby sudah selesai mandi dan kami mengobrol sebentar sebelum akhirnya tertidur. Saya terbangun dari tengah tidur saya ketika saya mendengar suara ketukan dari arah ventilasi. Ketukan itu seperti memiliki ritme, tapi mungkin itu hanya pemikiranku saja. Tak lama kemudian terdengar seperti seseorang mengetuk-ngetuk jendela. Itu tidak mungkin karena saya berada di lantai tiga. Saya melihat jam – saat itu pukul dua lewat dua menit – tidak mungkin ada orang yang membersihkan jendela pada waktu selarut ini. Saya menghampiri jendela dan melihat ke luar, tapi tidak ada apa-apa di sana. Sayup-sayup saya mendengar suara gadis menyanyikan lagu anak-anak dari arah kamar mandi. Ini sudah sangat mengganggu. Saya kembali ke kasur dan menelpon saluran layanan lagi melalui telepon di sebelah ranjang saya. --- Harap dengarkan baik-baik item menu berikut.
Harap dengarkan baik-baik item menu berikut.
Harap dengarkan dengan cermat menu berikut.
Saya mendengarkan menu berikutnya…
Saya mulai merinding menyadari seberapa tepat panduan di saluran itu…
Saat itu saya mulai khawatir…
Saya menoleh dengan perlahan dan di sana, di arah barat daya ruangan, dalam kegelapan, berdiri sesosok wanita mengenakan jubah berwarna biru. Wajahnya tertutup oleh rambut yang terurai panjang sampai lutut. <Bip> Dengarkan baik-baik. Jangan bergerak. Fokus pada suara saya. Singkirkan semua yang lain.
... Sepertinya setelah itu saya pingsan. Abby membangunkan saya. Saat itu matahari sudah bersinar menembus jendela kamar. Pagi itu seseorang dari resepsionis hotel menghubungi saya dan menanyakan kabar saya. Saya mau marah, tapi saya merasa tidak sanggup untuk menceritakan apa yang terjadi semalam. Jadi saya hanya mengatakan bahwa semalam saya tidak bisa tidur dengan nyenyak. Resepsionis itu mengatakan… “Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh Anda. Nikmati sisa masa tinggal Anda, dan saat check-out harap menerima keranjang hadiah gratis atas nama Hotel Rekna. Klik.” Itu menjadi pemicu saya untuk mengambil keputusan check out dan mencari hotel lain. Saya menyesali kenapa ingatan seperti itu muncul di saat pandemi seperti sekarang ini. Untung saja saat ini kami sedang tidak bisa bepergian ke mana-mana. Kalau dipikir-pikir lagi, nama hotel itu juga janggal, secara online saya membacanya sebagai Penginapan REKAN, akan tetapi ketika tiba di sana ternyata nama hotelnya adalah Penginapan REKNA. Nama tersebut kalau dibaca dari belakang menjadi… ANKER. Sekian cerita horror Jumat Malam. Dengarkan versi audio visual-nya di sini.
Written by: adhi |