|
18 Apr 2008 Why can't reduplicated words be written using "2"?71825 Kenapa kata ulang tak boleh ditulis pakai "2"? Artikel2 yang ada di Kejut biasanya ditulis dalam dua bahasa, supaya orang2 yang ngerti Inggris doang bisa baca juga. Coba klik sini untuk membetulkan kalimat Aku kadang2 (kadang-kadang) berpikir, kenapa dari SD diajarin untuk tulis bahasa Indonesia yang benar, ga boleh pake "2" untuk tulis kata ulang. Setelah dipikir2 (dipikir-pikir), bukankah penggunaan "2" sangat menguntungkan? Selain lebih menghemat waktu tulis, menghemat tempat, juga bisa jadi salah satu keunikan bahasa Indonesia yaitu memakai angka (bahasa Jepang dan kadang Cina juga pakai 々 untuk mengulang kata sebelumnya, seperti 日々 (hi-bi), 続々 (zoku-zoku)). Sometimes I wonder, why since primary school we are told that when we want to write Indonesian correctly, "2" is not permitted to write reduplicated words. After I think it throughly, isn't the use of "2" very advantageous? Beside saving the time to write it, it also saves space, and it could be one of the uniqueness of Indonesian which is using numbers (even Japanese and sometimes Chinese use 々 to reduplicate the previous word, like 日々 (hi-bi), 続々 (zoku-zoku)). Jadi, artikel ini membahas sejarah perkembangan bahasa Indonesia dari dulunya yang boleh pakai "2" sampai yang saat ini yang ga boleh pakai "2" lagi. So, this article discusses about the development of Indonesian from the time when it was allowed to use "2" to today where the use of "2" is not allowed anymore. English-speakers who are interested in this Indonesian language tidbits must be willing to read the full article here, so there is no more English below. Reformasi Ejaan 1972 1 Tahun 1972. Indonesia dan Malaysia bekerja sama untuk membuat sistem penulisan yang seragam. Bahkan penggunaannya dicanangkan Presiden Suharto di Indonesia dan Perdana Menteri Tun Abdul Razak di Malaysia. Saat itu penduduk diberi tenggang waktu 5 tahun untuk membiasakan diri dengan sistem baru. Sistem baru ini menekankan 4 hal:
Nah, dari 4 hal di atas, yang penting nomer 2 dan 4. Pembuangan ' dan - Kata2 (kata-kata) yang berasal dari Arab biasanya ditulis dengan ' untuk menandakan jeda sementara dalam pengucapannya. Kadang di Indonesia pun masih tampak kata seperti "Jum'at", "ma'af", "ta'at", yang seharusnya kini ditulis "Jumat", "maaf", dan "taat. Selain itu, imbuh-an di-pisah-kan dari kata dasar-nya dengan meng-guna-kan tanda hubung, mungkin seperti kalimat ini. Kata depan juga begitu, misalnya di-Jakarta, di-atas, ke-pasar. Sekarang, imbuhan ditulis disatukan (bukan di-satu-kan) dengan kata dasar, dan kata depan ditulis dengan spasi (di Jakarta, di atas, ke pasar). Kata ulang tidak boleh ditulis dengan "2" 1 Penulisan kata ulang juga bisa termasuk dalam kesimetrisan. Di bahasa Melayu, pengulangan sangat produktif sebagai proses pembentukan kata. Ada 3 macam pengulangan di bahasa Melayu: (1) pengulangan suku kata pertama kata dasar, (2) pengulangan kata dasar dari kata berimbuhan, dan [3] pengulangan keseluruhan kata baik dasar maupun berimbuhan. Pada sistem eja lama di Indonesia maupun Malaysia, jenis (1) ditulis secara utuh, namun jenis (2) dan (3) ditulis menggunakan angka "2" untuk menandai pengulangannya. Dalam pengulangan kata secara utuh, angka "2" ditulis di akhir kata, misalnya "rumah2" dibaca "rumah-rumah", "makan2" dibaca "makan-makan". Namun, penulisan pengulangan kata berimbuhan dengan angka "2" tidak rapi dan konsisten. Pemakaian angka "2" memungkinkan penulisan kata yang sama dalam lebih dari satu macam penulisan. Misalnya kata "bermain-main" yang berasal dari kata "bermain" (to play).
Keduanya tetap dibaca "bermain-main". Cara tulis yang pertama memudahkan pembacaan, tapi melanggar aturan penulisan kata berimbuhan (yaitu, imbuhan harus ditulis disatukan dengan kata dasarnya, seperti yang dijelaskan di bagian sebelumnya). Cara tulis yang kedua memenuhi aturan tersebut, tapi menyebabkan kesulitan dalam membaca. Penutur bahasa terutama yang tidak asli sangat mudah terjebak dengan membacanya "bermain-bermain". Walau penutur asli dengan kemampuannya tidak akan membacanya "bermain-bermain", karena pengulangan seperti itu memang tidak ada dalam bahasa Indonesia, ada pola lain yang membuat penutur asli pun bingung menentukan apakah angka "2" itu menandakan pengulangan penuh atau pengulangan kata dasar doang. Misalnya "sekali2". Kalau pengulangan penuh, kata itu akan dibaca "sekali-sekali" (once in a while), tapi kalau pengulangan kata dasar, akan dibaca "sekali-kali" ([not...] at all). Penggunaan angka "2" memang merupakan penghematan. Itu seperti shorthand (penyingkatan) dalam menulis pengulangan kata yang merepotkan. Namun, membantu pembacaan dan pembelajaran bahasa menjadi alasan untuk membuang penyingkatan itu. Walau penulisan jadi lebih melelahkan, belajar bahasa Indonesia jadi lebih mudah.
1 Journal of the Simplified Spelling Society, 1989-2 pp.9-13 later designated J11 obtained from http://www.spellingsociety.org/journals/j11/malay.php with permission
Written by: yuku |