What's New
- You like Kejut and want to place a link to Kejut in your website? That's easy! Click here!
This Week's Top 10
| 1392 | | 705 | | 625 | | 287 | | 202 | | 171 | | 162 | | 155 | | 153 | | 152 |
Random Articles
RatHoles: Are you bored?
|
|
During my holiday in Bandung I was watching television again. However I felt rather disappointed because almost all the television stations offered the similar contents and most of them could be categorised as junk. Confused nyo.
Waktu liburan di Bandung, saya kembali menonton televisi. Namun saya merasa agak kecewa karena hampir semua stasiun televisi menawarkan sajian yang serupa dan kebanyakan dapat dikategorikan sampah. Bingung nyo.
Media massa menurut mbah wiki adalah media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah.
According to grandpa wiki, mass media is a term used to denote, as a class, that section of the media specifically conceived and designed to reach a very large audience such as the population of a nation state. So some examples of mass media are televisions, radio stations, newspapers, and magazines.
Selama hampir tiga tahun berkuliah di negeri tetangga ini, saya memang tidak begitu mengikuti perkembangan berita terkini melalui media massa yang tersedia (baca: media massa di Singapura); saya hampir tidak pernah menonton siaran televisi ataupun membaca koran. Hal ini mungkin karena saya kurang begitu tertarik dengan perkembangan ekonomi atau politik di Singapura.
After approximately three years studying in this neighboring country, I don’t really follow the news through the provided media (read: mass media in Singapore); I really rarely watch television or reading newspapers. I guess it’s due to the fact that I’m not really interested in economics or politics growth in Singapore.
Nah, waktu liburan hampir satu bulan di Bandung, akhirnya saya kembali membaca koran dan menonton televisi. Namun saya merasa sedikit agak kecewa karena hampir semua stasiun televisi menawarkan sajian menu (gawad banyak redundansi) yang serupa dan kebanyakan dari sajian tersebut dapat dikategorikan sampah menurut definisi saya. Mari kita tilik satu-persatu.
However, when I was on my holiday in Bandung for almost one month, finally I read newspapers and watched television again. Yet I still feel rather disappointed because almost all TV stations offered similar programmes and those programmes can be categorized as "trash" (according to me, of course). Let’s go through it one by one.
- infotainment: kebanyakan materi yang disajikan adalah gosip, dan yang lebih menyebalkan hampir semua stasiun televisi menyajikan gosip yang sama dan diulang-ulang terus, mulai dari kematian penyanyi Alda sampai kasus anggota DPR. Lalu apakah yang bisa kita dapatkan dari infotainment? Kebanyakan gosip-gosip tentang selebritis ini akan terlupakan dalam waktu 1-2 bulan sesudahnya (baca: basi) dan malah banyak selebritis yang ingin mendulang popularitas dengan membuat gosip yang hangat-hangat tai ayam (baca: overacting). Alhasil bisa dibayangkan bahan pembicaraan sehari-hari para ibu rumah tangga tidak akan jauh dari gosip-gosip tentang selebritis ini.
- infotainment: most of the materials presented are gossips, and what’s more annoying is that all the television stations broadcasted the same gossips again and again, from the death of Alda Rizma (you can google about this singer, but it’s most probable you will get results in Indonesian though), until the case of the porn video of a DPR (House of Representatives) member. Then what do we get from infotainment? Nearly all these celebrity gossips will be forgotten in one or two month’s time. And apparently there are many celebrities that intentionally made those warmth of chicken's shit gossips (read: overacting celebrities) to boost their popularity. Consequently the daily topic of conversations between housewives always revolves around these gossips.
- games (mau ngomong kuis ato apa tapi ga tau temanya apa): memang tidak semua games yang ditayangkan di televisi jelek. Tapi menurut saya games dapat merusak moral masyarakat karena secara tidak langsung, games ikut andil dalam menanamkan konsep dapat uang itu mudah kalau anda mempunyai peruntungan. Kembali lagi, uang menjadi sesuatu yang didewa-dewakan, bahkan orang rela untuk memasukkan benda-benda menjijikan ke dalam mulutnya. Binatang pun akan melawan kalau dipaksa untuk memakan sesuatu yang bukan makanannya, sebaliknya manusia dengan senang hati melahap benda-benda tersebut demi uang. Di mana harga diri manusia?
-
games (actually I wanted to say quiz or similar things but I can’t categorize it): It is true that not all game shows broadcasted on television is bad. But personally I think that game shows can demoralize people because implicitly it gives a concept that it’s easy to get money, provided you’re lucky. Money now has been worshipped like a God, people are even willing to put disgusting things in their mouths. Even animals will fight back if they’re forced to eat something that’s not their food. On the contrary, humans gladly eat those things for the sake of money. Where’s human’s pride?
- sinetron: kembali lagi kemelorotan moral manusia menjadi sajian utama ataupun bumbu-bumbu yang menarik dalam sinetron. Istri yang selingkuh, ibu tiri yang kejam, suami yang memukul istri, dan berbagai adegan lain menjadi tontonan sehari-hari. Di sisi lain, kemewahan dan kecantikan terus dijadikan standar kebahagiaan. Seakan-akan konsep bahagia hanya akan dicapai dengan rumah mewah yang ada kolam renang, pacar yang ganteng/cantik dan tajir, atau mobil mewah plus supir pribadi. Bahkan yang lebih tidak tahu malu lagi, ada production house yang dengan bangganya mencuri ide tanpa menyebutkan sumbernya, lalu mengakui itu sebagai hasil karyanya (baca: Plagiarism). Salah satu contoh adalah sinetron Buku Harian Nayla yang hampir 90% mirip dengan drama jepang 1 Litre of Tears (1リットルの涙) atau Siapa Takut Jatuh Cinta yang mirip Meteor Garden. Kreativitas menjadi mati ketika rating dan popularitas mulai berbicara.
-
sinetron (electronic cinema/soap opera): it happened again that human’s demoralization becomes the “main menu” or the additional “spice”. Unfaithful wives, cruel stepmothers, husbands hitting wives, and many other scenes became daily watch. On the other side, luxury and beauty became the standard of happiness. It gives the impression that happiness can only be obtained by having a luxurious home complete with swimming pool, a rich plus handsome/pretty boyfriend/girlfriend, or a luxurious car complete with a personal chauffeur. The more embarrassing fact is that there are production houses which proudly stole ideas without stating the sources, then claiming that it’s their own work (read: plagiarism). One example is the soap opera Buku Harian Nayla (Nayla's diary) which allegedly is 90% the same as Japanese soap opera called 1 Litre of Tears (1リットルの涙) or the other example is Siapa Takut Jatuh Cinta which allegedly was similar to Meteor Garden. Creativity begins to vanish when rating and popularity (and profit?) do the talking.
- reality show: reality show yang saya maksudkan dalam poin ini adalah acara-acara semacam uang kaget, bedah rumah dan acara-acara sejenis. Seringkali dalam acara semacam ini, orang-orang miskin dengan segala penderitaannya menjadi tontonan publik di mana sang tertolong bahkan sampai menangis terisak-isak ketika diberi bantuan uang oleh sang penolong (baca: semakin banyak air mata yang keluar, semakin membuat orang terharu dan semakin bagus rating acaranya). Memang acara semacam ini akan mengugah kepedulian penonton untuk melihat kondisi yang real yang ada di masyarakat, namun apakah etis kemiskinan orang diekspos di tempat publik? Kalau memang mau membantu, berilah bantuan dengan sukarela tanpa perlu diketahui oleh orang banyak.
-
reality show: what I mean by reality show in this point is the shows like Uang Kaget (suddenly a production man gives some money to poor people and records their reactions), Bedah Rumah (a poor family's house is totally renovated and then they record the reactions), and similar shows. Often in shows like these, the poor people with all their suffering becomes public watch in which the person helped cried when given the money (read: the more the tears, the more the audience become touched, the higher the rating). It’s true that shows like these could move people to see the real condition in the community, but is it ethical that people’s poverty is publicly exposed? If one wants to help, isn’t it better to help without being known by the community?
- kriminal: semua berita-berita kriminal menjadi bahan utama dalam acara ini, orang yang membunuh temannya karena tersinggung, cucu yang membunuh nenek demi uang, perampokan, pemerkosaan, penggerebekan tempat-tempat maksiat adalah tema-tema standar yang disajikan dalam acara ini. Secara tidak langsung, masyarakat akan berpikir bahwa melakukan kejahatan itu adalah hal yang biasa, toh itu sudah biasa dilakukan di mana-mana, bahkan semua koran dan televisi pun mengumandangkan kenyataan semacam ini.
-
criminal news: all criminal news become the main menu in this type of show. The standard themes served are people who kill their friends because they’re offended, grandchildren who kill their grandmothers for the sake of money, robbery, rape, and blitzkrieg to the red district area. Implicitly it suggests that criminal is just an ordinary thing. It’s like “oh well, everybody does that. So?”.
- acara mistis/gaib, acara dangdut plus goyang, dan lain-lain: sepertinya sudah cukup jelas dan tidak perlu diuraikan lebih jauh lagi. Anda sekalian bisa menilai sendiri apakah acara semacam ini berkualitas untuk mendapatkan penghargaan ataukah hanya seonggok sampah?
-
mystic shows, dangdut (a genre of Indonesian popular music) shows, etc: I guess it’s clear enough and no need to elaborate more. You all can judge by yourself whether shows like these are qualified to get any awards or just a pile of trash?
Aming (anon/inet)
Yang lucu adalah acara-acara semacam ini yang disukai oleh pemirsa dan ratingnya tinggi, memang semua ini adalah akibat sinisme yang telah menyebar ke seluruh dunia. Manusia tidak bisa lagi memikirkan kemungkinan adanya kebaikan, sehingga berpikir keindahan juga tidak mungkin. Olahraga sering kali dilakukan demi uang, bukan demi olahraga itu sendiri (kasus pengaturan skor pertandingan sepakbola di Itali); para pemimpin politik gagal memenuhi janji-janji mereka; altruisme dianggap tidak mungkin, tidak diperlukan, dan dianggap sebagai kebodohan. Dunia seakan sedang bertanya, "Apakah kebaikan memang ada?" Lebih buruk daripada itu, dunia sedang bertanya, "Apakah kebaikan memang diperlukan?". Dengan hilangnya kebaikan, keindahan menjadi usang. Di dunia fesyen, keindahan telah digantikan dengan sensualitas dan godaan. Pada sinetron, penghianatan, free sex, dan perzinahan telah menggantikan hal yang indah yang disebut cinta dan kesetiaan. Tessy, Aming, atau Sogi yang berdandan ala wanita menjadi tontonan menarik ketimbang wanita cantik. Banyak orang tidak bisa duduk diam ketika menonton film yang indah karena kepekaan mereka telah ditumpulkan oleh seks, kekerasan, dan sinisme yang berulang-ulang. Hampir semua film Barat dibumbui oleh bahan-bahan seperti itu, dan lucunya film Indonesia menganggap kalau itu adalah template standar yang harus diikuti kalau ingin filmnya laris di pasaran, bahkan film Gie pun dibumbui dengan kehadiran sang Happy Salma.
The funny thing is, shows like these are the audience’s favourites and have high rating. Guess this is because the cynicism that has spread around the world. Humans don’t think about the existence of kindness anymore, which lead them to think that beauty doesn’t exist either. Even sport events are often done for money, not for the sport itself (remember the case of intentional score make-up in a soccer match in Italy); the political leaders failed to fulfill their promises; altruism is regarded as impossible, not needed, or worse, as a form of stupidity. The world seems to be asking “Does kindness really exist?”. What’s worse, the world is asking “Is kindness really needed?”. With the disappearance of kindness, the beauty will have no meaning. In the fashion world, beauty has been replaced with sensuality and temptation. In soap operas, betrayal, free sex, and unfaithfulness have changed the beautiful thing called love and loyalty. Tessy, Aming, or Sogi who dressed like women became more interesting than the real beautiful women. There are lots of people who can’t sit calmly when watching a beautiful movie because their sense has been made blunt by repetitive sex, violence, and cynicism. Almost all western (Hollywood-made) movies have these materials included, and Indonesian film community consider it as a standard template that must be followed in order to make the films profitable. Even the movie Gie was complemented by the existence of Happy Salma.
Gie & Happy Salma (anon/inet)
Di sini kita bisa melihat bahwa media massa berhubungan erat dengan kehidupan sosial dan budaya masyarakat; apa yang ada di masyarakat, itu yang tercermin di media; dan apa yang disajikan di media, itu yang ditiru oleh masyarakat. Ini menjadi semacam roda yang terus berputar. Bagaimana masyarakat bisa lebih dewasa kalau media selalu menyajikan materi yang tidak berbobot dan bagaimana media bisa berubah kalau masyarakat menginginkan materi yang tidak berbobot itu. Apakah kita mau terus menerus dalam keadaan seperti ini? Dengan adanya kasus anak-anak yang meninggal akibat kebanyakan menonton acara smackdown, sebenarnya kita sedang diajak berpikir apakah ada yang salah dengan media massa atau tidak. Jika ada yang salah, siapa yang seharusnya ikut ambil bagian dalam penyelesaian masalah ini? Apakah ini tugas pemerintah semata? apakah ini tugas stasiun televisi semata? apakah ini tugas para pemirsa semata?
We can see from here that mass media has a strong connection with the community’s social life and culture. What exists in community will be reflected in media, and what is publicized in media will be imitated by the community. This is like an endless rotating wheel. How can the community mature while the mass media always serves materials of poor quality? On the other side, how can mass media change while the community keeps wanting poor quality materials? Remember the case of the death of the children imitating WWF Smackdown moves? This case actually encourages us to think, is there anything wrong with the mass media or not? If there is, who should be responsible to solve this problem? Is it only the government? Is it only the television station? Is it only the audience?
English translation by sylvdoanx
Written by: imambenjol
| Pembahasan kritis yang berfokus pada sisi negatif media
massa. Tapi penulis tidak mendefinisikan tayangan yang
"berbobot" dan sejauh mana sikap pemirsa televisi akan
mendukung acara tersebut. Lagipula kemungkinan besar media
massa, terutama televisi di banyak negara juga tidak jauh
berbeda dengan di Indonesia.
|
| eh ajaib. klo saya pilih bahasa klik yang tombol biru, yang
keluar cuma foto2 tivi, aming, ama happy salma-nicholas
saputra... hehe
anywayz, it's true that TV has big influence. According to
my book Business and Society which I read for the course
named Business-Government-Society, the average time spent
viewing television has increased from 4.5 hours in 1950 to
7.5 hours in 2001. See? Oh and 98% of homes in US have color
TVs. And it has such a big influence that my textbook even
bothers to categorize it into 3 types : news, prime-time
shows, and commercials. Sorry, in a middle of studying for a
stupid mock-test.
Anyway, artikel bagus kok. Tapi saya ngerasa ini udah banyak
dibahas, jadi agak klise.
|
| hmm...
jadi acara yang tidak buruk itu yang bagaimana ya..
|
| Cuman extravaganza yang ditunggu, huhuhu sekarang aku masih
menyimpan koleksi extravaganza dari teman yang merekamnya...
nurman [sg], 6 Jan 2007, 4:47 reply
|
| hm ironis banget Televisi Pendidikan Indonesia isinya kalo
ga acara mistis, dangdut, film india, infotainment (hrsnya
namanya diganti aja tuh). Acara televisi yang baik idealnya
mempunyai unsur mendidik, baik secara rasio, emosi, atau
moril, namun kebanyakan stasiun televisi cuma berdalih kalo
beban pendidikan itu sepenuhnya tanggung jawab institusi
pendidikan. Padahal seharusnya pendidikan itu menjadi
tanggung jawab smua pihak : keluarga, sekolah, masyarakat
(dalam hal ini stasiun televisi seharusnya ambil andil), dan
pemerintah. Selain itu acara televisi juga seharusnya
mempunyai content yang bisa membuat pola pikir masyarakat
berkembang ke arah yang lebih baik. Selama ini berita cuma
memuat fakta belaka (misalnya kenaikan BBM ato kekurangan
beras) tanpa ada interpretasi atau opini yang dapat
menjelaskan penyebab masalah atau kemungkinan solusi.
imambenjol [sg], 7 Jan 2007, 14:49 reply
|
| Mayoritas masyarakat akan sulit menginterpretasikan
fakta-fakta tersebut, akibatnya masyarakat akan mengambil
kesimpulan sederhana bahwa pemerintah lah penyebabnya;
mereka menjadi skeptis dan sinis terhadap pemerintah; tidak
lagi peduli dengan negara dan akhirnya suara rakyat bukanlah
suara rakyat yang sebenarnya melainkan suara segelintir kaum
elite politik. Dengan sajian yang berkutat di kriminalitas,
infotainment, entertainment tanpa diimbangi dengan informasi
tentang kehidupan ekonomi, sosial, budaya, dan politik,
masyarakat tidak akan menjadi dewasa. Atau dengan kata lain
media massa (dalam hal ini televisi) akan menjadi alat
pembodohan masyarakat; masyarakat selamanya cuma tertarik
dengan gosip, gosip, gosip dan gosip tanpa ada rasa tertarik
dengan masalah-masalah dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
imambenjol [sg], 7 Jan 2007, 14:49 reply
|
| kok setelah uu hak cipta berlaku malah byk sinetron jiplakan
yah. jadi malu2in indonesia ajah sampe masuk di wiki
sinetron indo jiplakan gt
asa [sg], 7 Jan 2007, 17:11 reply
|
| Wue, Imam beraksi di tahun yg baru! Isinya mantap!
Saya jg khawatir lama2 rakyat Indonesia di masa mendatang
jadi makin sedikit org yg cerdas dan mjd makin bodoh saja.
Banyak tayangan yg isinya cm menjual mimpi.
Menurutku harusnya pemerintah yg menjadi pioneer dalam
mendorong keluarga, sekolah, dan masyarakat. Salah satunya
dimulai dari penyiaran televisi. Siaran yg tak mendidik
harus dibatasi. Memang jadinya kebebasan penyiaran jd
dikekang, tapi itu harus diarahkan ke arah yg benar. Lalu jg
dgn pembatasan internet. Memang itu bakal susah, tapi
sebenarnya itu tak mustahil utk dilakukan. Seperti China yg
bisa membatasi koneksi internet warganya pada area politik.
Memang sih batas antara tayangan yg 'berbobot' dan tidak itu
sulit didefinisikan. Mgkn seharusnya dibikin badan
independen profesional yg bisa mempertimbangkan tayangan
semacam apa yg layak.
Media massa punya pengaruh besar thd cara pandang rakyatnya,
makanya dulu Hitler dan di negara2 komunis bisa menarik
perhatian warganya dgn propaganda2nya.
Sudah seharusnya pandangan rakyat Indonesia diarahkan utk
mendongak ke atas, bangga pada negaranya dan punya arah ke
depan, tidak hanya memandang rendah negaranya sendiri.
Sebelum keadaan menjadi makin parah dan jadi sukar utk
diperbaiki lagi.
Sekedar usul dari saya.
|
| i'm totaly aggree with this article!!!! dunia pertelevisian
kita udah engga bisa diandalin lagi....sinetron yang pada
umumnya ditayangin pada jam2 prime time mayoritas dari hasil
plagiarism, soo shameful!!!kalo kita mo ngerubah semua ini,
kita musti berangkat dari kita sendiri...ga usah liat deh
acara2 yang ga mutu ntar juga ratingnya turun trus (semua
product ada life cyclenya kaan??)...moga2 aja para produser
nyadar n bisa buka pikirannya buat bikin program acara yang
lebih bagus n ngeeducate gitu dueeechh...
|
| http://aspal.blogdrive.com/archive/59.html
hebat nyo ada 28 sinetron plagiat
wah banyak plagiat [us], 30 Jan 2007, 6:52 reply
|
| gw setuju bgt dengan acara-acara tv indonesia yang ancur
abiz. emang qta ga punya produser dan sutradara yang tangguh
untuk membuat suatu acara yang layak tonton. bosan nih
dengan acara yang itu-itu aja. tambahan lagi mental sineas
qta yang asal ambil aja kalau ingin tampil di layar tv tanpa
mikirin efeknya ama masyarakat. how pity u are. sineas qta
mengalami dekadensi kreativitas.
|
| sinetron di indonesia TAI KUCING //////
|
| buat sutradara sinetron indonesia; berkaryalah dngn meniru
hebat bgt kalian
|
| nonton sinetron di tv tak lebih dari sekedar nonton vcd
bajakan.....mending nyewa bajakan aja sekalian nggak
nanggung dan tambah HANCUR LEBUR negara kita...
patriot band [id], 22 Feb 2007, 15:48 reply
|
| its good
|
| kalau nonton kartun lebih ngak enak.malah lebih enak berita
|
| memang buku harian nayla SUCKS!
bener memang, tayangan sinetron indonesi ga ada yg
berbobot..
jelek, busuk!!
whatever deh, go to hell indonesia..
i'm goin' to another country..~~
icha [id], 10 Apr 2007, 10:43 reply
|
| terlalu banyak tayangan yang bersifat mistik, ga bermutu.
Ngapain sih ngurusin dunia lain, alam lain atau apalah
mendingan juga urusin dunia yang nyata, agak sedikit
realistic donk!
ngga usah mengusik dunia mereka kita kan juga punya dunia
sendiri , Mind your own world
|
| yah memang begitu sinetron indonesia, wagu, aneh, terlalu
dibuat-buat.......isinya cuma ngehamilin orang, putus
cinta,nonjolin orang-orang kaya.....mending ntn Dvd bjakan
to......
dweeeeee [au], 23 Apr 2007, 4:31 reply
|
| Wah... Bole2 aja pada ngeritik sinetron indonesia.. Emang
nyatanya parah bgt sinetron qta..
Tapi y tetep cintain negeri sendiri napa?!?!
Masa udah jelek2in tapi nontonnya vcd bajakan...
ckckckckckckck.....
Ria [hk], 27 Apr 2007, 15:07 reply
|
| sinetron jomblo bagus koq
mita [us], 30 Apr 2007, 2:28 reply
|
| "Menguliti" Media Televisi Indonesia seyogyanya setelah
secara mendalam memahami motivasi media di negara lain.
Acara yang dipertontonkan pastilah merupakan refleksi dari
keinginan pasarnya. Di indonesia juga begitu!! Anda lupa,
media pasti bergerak seiring dengan pemirsanya. Di LN
mungkin lebih responship terhadap pemirsa. Reality Show itu
muncul karena ide pemirsa. Tapi di Indonesia merupakan ide
"Helmy Yahya". Menyedihkan!? Jadinya, Broadcast tak perlu
repot2, 'gak ditonton gak apa-apa, yang penting Iklan masuk.
Ini memang subyektif. Tapi mana ada Media yang memiliki
obyektifitas misi? Yang ada tentu obyektifitas pasar. Tapi
Bung, anda benar juga, saya punya rencana melaporkan seluruh
media TV dan menyeretnya kepengadilan, kerena anak 4 tahunan
saya telah mengatai saya, "Bapak tukang selingkuh!" ...
Pasti dia menirunya dari sinetron!
|
| I think this site very important for me...
|
| Sinetron & film Indonesia emang pantas dikritik !
Coba kita lihat di setiap stasiun TV !!
Acaranya itu.....itu.....melulu...!!
Kalo gak ngebahas harta....
Pasti tentang cinta anak sekolahan.....!
Atau tentang siluman-siluman,ilmu gaib-lah...., kalo gak
dukun-dukunan !!
Bahkan Film Layar Lebar sekarang itu banyak yang tidak
berbobot artinya tidak membawa hikmah bagi
penontonnya....!!. Kalo layar lebar horor, sudah pasti
tujuannya hanya menakut-nakuti penonton. Jadi, biar terkesan
HORROR BANGGEETZZ !!. Nyatanya..., film kayak gitu sama
sekali gak ada gunanya, gak mengajak kepada kebaikan. Bahkan
itu hanya membuat orang-orang makin takut dan makin percaya
dengan perasaan yang berlebihan akan adanya setan. Kalo
layar lebar atau sinetron tentang love, pasti komponen yang
ada disitu kalo bukan anak SMP, anak SMU, atau anak kuliah
yang ujung-njungnya bertemulah dua anak manusia yang saling
mencintai dan akhirnya hidup bahagia.
Ala....h bosa.....n de.....h !!
Wadu.....h, kayaknya Indonesia hanya ikut-ikutan saja bentuk
ceritanya ama negara lain !!
Takutnya........dianggap ikut-ikutan sama negara lain !!
Kayaknya....Indonesia gak kreatif banget deh untuk masalah
perfilman !!
Ya....coba deh bikin film atau sinetron yang
berbobot..!!
Example-nya kita lihat negara Amerika yang dimana semua film
mereka kreatif semua kan ?
Gak itu....itu terus ceritanya....!!
|
| prihatin gw ngeliat mutu acara televisi nd film di Indonesia
yang makin lama makin gak jelas..
awal'a sih bulan puasa tahun lalu film2 tentang azab
kubur,,dukun2an merajalela..stasiun tv satu dah munculin
film2 kaya gitu,,,eh,,gak tau'a stasiun tv yang lain pada
ngikutin..
apa coba kayak gitu..gak kreatif bgd..
parah'a lagi..sampe skarang masih ada sisa2 film2 kaya
gituan..
yang bawa2 nama tuyul,,kelelawar jadi2an,,ular siluman
lah..apa coba..!!
gak malu apa lo udah nampilin ular mainan yang visual
effect'a ancur abis..!!
ngaca donk..!!
malu ama negara lain..
kita dah banyak ngopi dari mereka..
sorry,,gw harus nyebutin merek..
gw g tahan lagi ngeliat negara gw kayak gini..
sebut saja buku harian Nayla,,Olivia..
itu ngopi bgd dari film luar..
skarang juga sinetron2 pada banyak pake nama orang..mau gw
sebutin??
(Intan,,Wulan,,Ratu,,Mawar,,Olivia,, Senyuman Riang,,Cinta
Fitri,,dsb..)
itu masih sebagian dari fakta yang ada..
tapi,,film2 di atas nyeritain'a cuma seputar
cinta..cinta..dan cinta..
cuma seputar,,pacar'a mati,,ngehamilin cewek'a,,ibu
tiri,,rebutan harta,,selingkuh..
skarang aja ada sinetron percintaan yang dilakonin ama
seumuran anak SD..
gimana anak indonesia gak ANCUR??!!
ada juga di salah satu stasiun tv yng skarang lagi musim
muter film action yang pake visual effect yang norak
abis..yang maksa..
kalo mau bikin film,,jangan maksa donk..ntar yang nonton
juga maksa..!!
Stiap gw nonton tv,,prasaan hati gw campur aduk..
dari ngerasa jijik,,tawa ngejek,,tapi ada rasa kasian
juga..kasian ngeliat kualitas film nd sinetron di negara gw
makin gak mutu..!!
pantes aja makin banyak orang gk bener di negara
kita..penguasa'a,,orang2 yng bekerja ama dia sampe warga
sipil pun sama!!!
Ok laah..gw ngerti..Lw bikin semua ni supaya film ato
sinetron buatan lw tetap diminati ma warga Indonesia..
supaya lw gak dilemparin tomat kan pas acara penghargaan
atas sinetron gak mutu lw ntu....
tapi,,smua yng lw lakuin tuh cuma bikin lw nd orang2 di dpan
layar bakal tenar nd kaya..tapi,,lw gk mikirin KITA yang
nonton..
kita gk dapat apa2 dari hasil buatan lw..
paling2 cuma khayalan bull shit tntang pacar,,nd bla bla bla
dah..
skarang..sinetron2 nd film2 lw tuh gak mendidik anak
bangsa!!
cuma nge buat bangsa ini makin terpuruk..
gw disini..gak cuma mau ngomong doank..
gw pengen ngebaikin mutu film nd sinetron bangsa kita...
supaya negara lain gak mandang kita cuma sebagai negara
miskin ato sebagai bekas negara jajahan..
jadi,,mari kita sama2 bertekad dalam hati kita untuk
memperbaiki kualitas dunia perfilman bangsa kita..
tapi,,jangan cuma jadi tekad kosong belaka...kita
BUKTIKAN!!!
|
| Hei, jgn ngomong begitu dunk!
Meskipun Indonesia byk kekurangan, itu tetep tanah air
gw.
Lu pada yg ngomong sembarangan nyinggung gw tau gak?
Kritik boleh-boleh aja, tapi biasa aja donk!
Dijaga ngomongannya!!! Ngerti gak?!!!
Namanya dunia perfilman yg blum dewasa, emank masih pada
niru.
Tapi itu kan memang proses penemuan jati diri,
meniru, lalu setelah memiliki jati diri mengembangkan yg
original.
Sabaaar donk!!!
Lu pada jg gak ikut ngebantu,
bisanya cuman mengkritik tanpa memberi jalan keluar.
Tolong ya, jgn cuman kritik, tp jg appraise, dan solution!!!
Anton [id], 16 Oct 2007, 4:05 reply
|
| film indonesia perfect,ciptakan karya anak
negri.......................
|
| Informasi berharga untuk anda. Web yang di perkirakan bakal
mengalahkan
Yahoo dan Google yang akan lounching pada tgl 1 Juli 2008
akan
membagikan sebagian sahamnya yang sebesar $ 1,000,000.00
kepada siapa
saja yang bergabung menjadi anggotanya (Free) sebelum tgl 1
Juli 2008.
Ayo buruan gabung untuk mendapatkan saham gratis. FREE to
JOIN. all the
world.
KLIK Join Disini http://www.WebUpgrade9.com/shodiqfm
sahabat [id], 9 Jun 2008, 4:36 reply
|
| Masa sih mereka belom dewasa? udah berapa film yang mereka
buat? udah berapa duit juga yang mereka keluarin n dapetin
dari film2nya? mending dana untuk menjiplak itu digunain
untuk menambah skill, dengan cara belajar lagi...,,
nah klo gitu,, itu namanya bukan belom dewasa!!! itu namanya
belom pinter!!! kalo belom pinter jangan asal bikin film!!!
belajar dulu!!! kalo orang goblok tapi banyak duit
dimanja...yah gini jadinya...BOBROKK...udah Bobrok ga mau
ngaku lagi!!!
Ini bukannya jelek2in..ini namanya belajar..belajar mengakui
bahwa kita masih belom pinter..belajar mendengarkan sesama
orang Indonesia. Kalo udah salah tapi tetep dibilang ngga
salah..terus apa jadinya? perang saudara gw yakin! perang
antara masyarakat goblok yang ingin menjadi pintar VS
orang goblok berduit yang ga mau kehilangan duitnya kalo
ketahuan dia goblok.
emang mereka itu orientasinya cuma uang belaka, yang laennya
bodo amat...,, buktinya lo tau sendiri orang Indonesia yang
"bener-bener bagus", malah pada keluar dari negara ini. Yang
gw rasa sih, mereka ga tahan untuk tetep jadi goblok n
digoblokin terus kalo tetep tinggal di negara ini...,,
edhorey [id], 15 Jul 2008, 16:31 reply
|
| keyen!
ehm ngomong2 Meteor Garden bukannya jiplak dari Hana Yori
Dango yah?
|
| Hahaha parah,parah...ada jg sinetron yg nampilin percintaan
anak balita.masa anak 3taon uda pacaran..hihi.sinetrn indo
emg pd ngaco,idenya garink,tp lumayanlah buat hiburan
Smile_away [no], 30 Jul 2008, 5:16 reply
|
| Hahaha parah,parah...ada jg sinetron yg nampilin percintaan
anak balita.masa anak 3taon uda pacaran..hihi.sinetrn indo
emg pd ngaco,idenya garink,tp lumayanlah buat hiburan
Smile_away [no], 30 Jul 2008, 5:18 reply
|
| hmph,,kalo mnurut gw,,gw turut prihatin sama perfilman di
indo,,dari sekian banyak acara televisi menurut gw yang
bagus cuman 5%nya aja,,
mnurut gw,,contoh tayangan yang bagus itu kaya kick
andy,republik bbm,yang bnar2 memberikan tayangan
mendidik,tidak hanya sekadar menghibur,gak kaya sinetron
yang isinya cinta2an dan kekerasan gak jelas.
|
| trma kasih uah dh buat artikel ini cz dh bantu bnyk tugas
lab bahasa q
Ratu [id], 22 Oct 2008, 8:59 reply
|
| TV is like this all around the world, not just
Indonesia....the goal of it's owners and comercial advisors
is to massively control and shape the minds, thoughts,
desires, and decisions of the community in order to keep
their dominant positions and profits, regardless all the
suffering, deaths, and pain that this system inflicts.
|
| i surelly agree with your opinion..but the question is,why
this 'kind' of television programs do still exist? it's
because as you say, when the rating and popular do the
talking..the creativity begins to vanish.
it has a high rating and also the television stations gain
their income by broadcasting this low-quality and
discouraging dramas....
hari [id], 2 Nov 2009, 7:54 reply
|
| Keren!!
|
| mantaf
|
|
|