|
9 Jun 2009 He Saved Her from The Disaster, Really?74698 Dia Menyelamatkan Dia dari Banjir, Benarkah? Beberapa orang petugas ronda malam berlari-lari menembus hujan dan kegelapan malam. Mereka mendatangi rumah Pak Kades. Several night guards run through rain and the darkness of night. They came into village head’s house. Petugas ronda malam 1: ”PAK KADES, PAK KADEEES…” Night Guard 1: “SIR, SIIIR…” Pak Kades (dari dalam rumah): “TUNGGU SEBENTAAAR…” Village Head (inside his house): “WAIT FOR A MOMEEENT…” Petugas ronda malam 1: “GAWAT, PAK! GAWAT!” Night Guard 1: “URGENT, SIR! URGENT!” Pak Kades (ke luar rumah): “Ada apa?” Village Head (outside his house): ”What’s wrong?” Petugas ronda malam 2: ”Tadi, temen saya bilang, kakaknya baru pulang dari desa A.” Night Guard 2: ”Just now my friend said that his older brother just returned from Village A.” Pak Kades: ”Hmmm...” Village Head: ”Hmmm...” Petugas ronda malam 2: ”Kakaknya temen saya itu bilang sepupu temannya yang tinggal di sana baru pulang dari desa B.” Night Guard 2: My friend’s older brother said that his friend’s cousin that lived there just got back from B Village.” Pak Kades: ”Oh, jadi siapa yang belum pulang?” Village Head: ”Oh, so who hasn’t come back?” Petugas ronda malam 2: ”Eh, saya tidak tau, Pak.” Night Guard 2: ”Eh, I don’t know, Sir.” Pak Kades: ”LALU, BUAT APA KAMU BANGUNIN SAYA MALAM-MALAM BEGINI?” Village Head: ”IF SO, WHY DO YOU WAKE ME UP IN THE MIDDLE OF THE NIGHT LIKE THIS?” Petugas ronda malam 2: ”Maaf, Pak. Paman dan Bibi sepupu temannya kakak teman saya itu tinggal di desa C.” Night Guard 2: “Sorry, Sir. His uncle and auntie lived in Village C.” Pak Kades: “Biarkan saja mereka tinggal di sana, saya mau tidur.” Village Head: ”Let them live there, I want to sleep.” Pak Kades membanting pintu rumah. Pintu rumah masih baik-baik saja. The Village Head slammed his house’s door. The door is still fine. ☆ Petugas ronda malam 2: ”tapi, Pak, mereka sudah tidak tinggal di sana. Desa C kebanjiran.” ☆ Night Guard 2: ”but, Sir, they did not live there anymore. Village C is flooded.” Pak Kades keluar lagi dari tempat persembunyiannya. The Village Head re-appears from his hiding place. Pak Kades: ”Apa?!?! Kenapa kamu tidak bilang dari tadi?” Village Head: ”What?!?! Why didn’t you tell me earlier?” Petugas ronda malam 2: ”Tadi saya sudah bilang” (lihat ☆) Night Guard 2: ”I have already said that.” (see ☆) Pak Kades: ”Desa C dekat desa B, desa B dekat desa A, desa A dekat desa ini. Kalau Desa C banjir, sebentar lagi desa ini juga banjir.” Village Head: ”Village C is near Village B, Village B is near Village A, Village A is near this village. So, if Village C is flooded, this village also will be flooded in any time soon.” Petugas ronda malam 1: ”Itulah kenapa kami bangunkan Bapak malam-malam gini.” Night Guard 1: ”That’s why we woke you up, Sir.” Pak Kades: ”Saya perintahkan untuk evakuasi segera!” Village Head: ”I command evacuation. Hurry!” Para petugas ronda malam diam. Pohon-pohon dan rerumputan di sekitar rumah Pak Kades juga diam. Pak Kades ikut diam. Burung kakatua bersuara, “Kukuk... kukuk...” All night guards were silent. Trees and grass near The Village Head’s house were also silent. The Village Head was also silent. A cockatoo sang, “CooCoo… CooCoo…” Petugas ronda malam 3: ”Pak... Evakuasi itu apa?” Night Guard 3: ”Sir... What does evacuation mean?” Pak Kades: “ARRRGGGH!” Village Head: ”ARRRGGGH!” Persiapan evakuasi memakan waktu yang tidak sebentar. Beberapa jenis kendaraan, yaitu mobil, perahu karet, dan helikopter dipersiapkan untuk memindahkan penduduk desa ke tempat yang aman. Pak Kades selaku pemimpin juga bertindak sebagai koordinator evakuasi. Anggota tim evakuasi adalah para petugas ronda malam itu. Kesenjangan sosial terjadi, koordinator bertugas memerintah dan mengomel, sedangkan anggota hanya bisa menurut dan pasrah. Preparation for evacuation took a longer time than estimated. Some transportation facilities that are truck, boat, and helicopter were prepared to move civilians to a safe place. Village head as the head was also the coordinator of evacuation. The night guards were members of evacuation team. The coordinator’s job was giving orders and complaining, while members could only listen and accept. Matahari mulai menampakkan diri ketika proses evakuasi dimulai. Hujan bertambah deras dan air mulai membanjiri perbatasan dengan desa A. Beberapa mobil digunakan untuk memindahkan penduduk. Para petugas ronda membantu penduduk untuk memindahkan barang dan naik ke mobil selama mobil tidak keberatan. The sun was rising while evacuation process was just started. The rain was heavier and water has evaded area near border with Village A. Some trucks were used to move civilians. The night guards helped civilians to move their belongings and get in the truck. Beberapa rumah di perbatasan sudah tidak berpenghuni. Seorang gadis tinggal seorang diri di sebuah rumah di dekat perbatasan. Gadis itu bernama Helen. Ketika dia terbangun, dia melihat air sudah menggenangi lantai rumahnya. Helen terkejut dan panik. Dalam keadaan seperti itu dia berdoa, “Tuhan, tolong selamatkan aku dan semua penduduk desa ini.” Setelah berdoa Helen merasa lebih tenang. Some houses near the border were empty. A girl lived by herself in a house near the border. Her name was Helen. When she woke up, she saw water had flooded her house. Helen was surprised and panic. Then she prayed, “God, please save me and all villagers.” After she prayed, she was calmer. Beberapa saat kemudian mobil yang tidak diduga tiba. Seorang petugas ronda menggedor pintu rumah Helen. Ketika Helen membuka pintu, dia terpana. Seorang pria gagah berdiri di hadapannya. Dia menggunakan baju yang menarik. Baunya sangan menggoda. Pria itu adalah sang petugas ronda (kan sudah dibilang tadi) dengan baju compang camping dan bau ga karuan. Some moment later, the unexpected truck showed off. One of the night guards knocked Helen’s house’s door. When Helen opened the door, she was so surprised. It was the night guard. “Helen, maukah kamu pergi bersama aku?” “Helen, do you want to go with me?” “Pergi ke mana, Kang?” “Where will you take me?” “Ikutlah bersama aku maka kamu akan selamat dan bahagia.” “Come with me and you will be saved and live happily.” “Maaf, Kang. Tuhanlah yang akan menyelamatkan kita. Aku sudah berdoa dan Dia selalu menjawab doaku.” ”I am sorry. God will save me. I have prayed and He always answer my prayer.” JLEB! Dalam sekejap petugas ronda patah hati. JLEB! The night guard’s heart was broken instantly. Petugas ronda itu pergi dengan perasaan cemas kepada Helen. The night guard went with his worries about Helen. Hujan yang deras membuat sungai meluap. Banjir bertambah tinggi hingga pintu-pintu rumah sudah tidak terlihat lagi. Mobil sudah tidak dapat digunakan. Helen duduk di atap rumahnya. Dia sudah merasa khawatir. Helen berdoa dengan lantang, “Tuhan, tolong selamatkan aku dan semua penduduk desa ini.” Setelah itu Helen merasa tidak terlalu khawatir. Hard rain made the river overflow. The flood was getting higher so door houses could not be seen again. Truck certainly could not be used. Helen sat on the roof top. She felt worried. Then she prayed loudly, “God, please save me and all villagers.” After she prayed, she was not too worried. Kali ini perahu karet digunakan untuk mengangkut penduduk. Tetangga Helen membantu misi evakuasi itu. Ketika dia melihat Helen, perahu dibawa merapat ke dekat atap rumah Helen. This time boat was used to transport villagers. Helen’s neighbor helped the evacuation mission. When he saw Helen, the boat was taken closer to Helen’s house. ”Helen, apa yang kamu lakukan? Ayo cepat ke sini!” “Helen, what are you doing? Come here, quickly!” ”Aku sedang menunggu dan aku akan terus menunggu. Tuhan akan menjawab doaku dan menyelamatkan kita semua. Hujan akan berhenti dan seluruh penduduk desa akan selamat.” “I am waiting and I will keep waiting. God will answer my prayer and save us all. Rain will stop and all villagers will be saved.” ”Helen, rumah kamu sudah hampir tenggelam!” “Helen, your house is going to sink.” ”Aku akan selamat. Jangan khawatirkan aku!” “I will be alright. Don’t worry about me!” Tetangga Helen kehabisan kata-kata. Tetangga itu meninggalkan Helen dengan perasaan gundah. He couldn’t say anything else. He left Helen with worries. Sungai yang meluap membuat tanggul jebol. Banjir bertambah parah hingga atap rumah-rumah penduduk sudah tidak terlihat lagi. Helen berdiri di atap rumahnya. Sebagian badannya sudah terendam air. Helen sudah sangat khawatir. Helen pun berdoa lagi sekeras-kerasnya, “Tuhan, tolong selamatkan aku dan semua penduduk desa ini.” Kekhawatirannya agak berkurang. Overflowing river made dam broke down. Flood was already become a serious condition. Roofs could not be seen anymore. Helen stood on her rooftop. Her body was submerged by water. Helen felt very worried. Helen prayed again as loud as possible, “God, please save me and all villagers.” After she prayed, her worries decreased. Helikopter berpatroli di atas desa menyelamatkan beberapa orang yang masih tertinggal. Kepala desa turun tangan sendiri. Dia ikut dalam misi evakuasi itu. Ketika helikopter mendekati perbatasan, dia melihat Helen yang sudah hampir tenggelam. Helikopter diinstruksikan untuk mendekat. Tangga dari tali dilemparkan. Helicopter patrolled and saved some people that were still left. The village head was in charge this time. He joined the evacuation mission. When helicopter was close to the border, he saw Helen that was almost sunk. The helicopter was instructed to get closer to her. A rope was thrown. ”Helen, ayo cepat naik!” “Helen, Hurry! Get up!” ”Tidak, Pak. Aku sudah berdoa. Hujan akan berhenti. Tuhan akan menyelamatkan desa ini dan aku. Aku percaya pada Tuhan dan aku juga percaya bahwa dia tidak akan mengecewakan aku.” “No, Sir. I have prayed. Rain will stop. God will help this village and me. I trust The God and I also believe that He will not let me down.” ”Ini bukan saat untuk menunggu, kamu tidak punya waktu lagi.” “This is not the time to wait, you don’t have any time left.” ”Tuhan tidak pernah mengecewakan aku dan kali ini pun Dia tidak akan.” “God will never disappoint me and this time He also won’t.” Helen sudah sulit bernafas. Air semakin tinggi. Dia tenggelam. It was hard for Helen to breathe. Water was getting higher. She sank. ”AAARGGGH!” (ke-2 kali dalam hari ini) “AAARGGGH!” (second time for today) Pak Kades menyingsingkan lengan bajunya dan melompat dari helikopter. Dengan aksi kepahlawanan yang mengagumkan dia menarik Helen dari dalam air dan membawanya ke dalam helikopter. Helen berhasil diselamatkan. The Village Head prepared himself and then he jumped from the helicopter to the water. With a heroic action, he pulled Helen out of the water and took her to the helicopter. Helen was saved. Hari berikutnya hujan sudah reda. Pak Kades mendapatkan penghargaan dari Pak Lurah karena berhasil mengevakuasi seluruh penduduk desa. Helen masih dirawat di rumah sakit. Kondisi tubuhnya masih lemah. Seorang pemuka agama mengunjungi Helen. The day after the rain had stopped, The Village Head got an award from Regional Head because of his success in evacuating all the villagers. Helen was still in the hospital. Her body condition was still weak. A religionist visited Helen. ”Helen, bagaimana kondisi kamu.” “Helen, how are you?” ”Seperti yang Bapak lihat.” “Just like what you saw.” ”Helen, apakah kamu percaya akan Tuhan.” “Helen, do you believe in God?” ”Saya tidak tahu lagi apa yang harus saya percayai.” “I don’t know anymore what I have to believe.” ”Kenapa? Saya mendengar cerita dari Pak Kades, tetangga kamu, dan seorang petugas ronda malam, maka saya tau bahwa iman kamu kuat.” “Why? I heard from your village head, your neighbor, and a night guard, so I knew that your faith is strong.” ”Aku sudah berdoa dan banjir tidak berakhir.” “I prayed and the disaster still happened.” ”Anakku, apa yang kamu doakan kemarin?” “My child, what did you pray yesterday?” ”Aku memohon agar Tuhan menyelamatkan aku dan semua penduduk desa.” “I prayed so God saved me and all the villagers.” ”... dan kamu tahu apa yang Tuhan lakukan? Dia menyelamatkan kamu dan seluruh penduduk desa. Pak Kades mendapat penghargaan dari Pak Lurah karena itu. Anakku, Tuhan punya cara-Nya sendiri untuk melakukan segala sesuatu. Dia sudah mencoba untuk menyelamatkan kamu tiga kali, melalui petugas ronda malam (mobil), tetangga kamu (perahu karet), dan terakhir kali Pak Kades sendiri sampai turun untuk menyelamatkan kamu ketika kamu sudah tidak berdaya.” “… and did you know what God had done? He saved you and all the villagers. Your Village Head got an award from The Regional Head because of it. My child, God has His own way to do everything. He tried to save you three times by the night guard (truck), your neighbor (boat), and the last time The Village Head himself came down to save you when you could do nothing.” Helen menyadari bahwa dia sudah mendapat kesempatan untuk selamat sejak awal, tapi saat itu dia tidak sadar. Dia terpaku pada pemikiran bahwa Tuhan akan menghentikan banjir sehingga dia dan seluruh penduduk desa bisa selamat, padahal Tuhan bertindak dengan cara yang lain. Helen realized that she has received chances to save since the beginning, but she did not realize it. She kept thinking that God will stop the flood so she and all the villagers can be saved, but God did it with another way. Bersambung...
Bercanda...
Selesai. -- Sekitar awal bulan Mei (2009) aku berkumpul bersama beberapa orang teman baru. Malam itu seseorang dari mereka, Delin, menceritakan cerita serupa. Cerita berakhir dengan tokoh yang berdoa itu mati dengan tenggelam, sedangkan kesan yang didapat kurang lebih seperti ”Cerita konyol”, ”Orang itu mati konyol”, atau ”Orang itu bodoh”. At the beginning of May (2009), I gathered with some new friends. That night one of them, Delin, told us similar story. The story ended with the character that prayed drowned and died. Some people may think that it was “A stupid story”, “The person died stupidly”, or “The person is stupid”. Kalau aku pikir lagi, aku juga sering begitu. Aku tidak mau berpikiran terbuka dan aku menutup diri terhadap kemungkinan-kemungkinan lain. Aku pikir penting bagi aku untuk tetap bersikap terbuka dan mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan lain, dari diri sendiri atau orang lain, tidak terpaku pada pemikiranku sendiri saja. When I thought about it all over again, I often did it. I did not want to be open-minded and I closed myself from other possibilities. I thought it was important for me to keep myself open-minded and consider other possibilities, from inside or outside, other than just being stuck with my own mind.
Written by: adhi |