|
4 Jul 2020 Friday Night Horror Story: The Cursed Banknotes34401 Cerita Horror Jumat Malam: Kutukan Lembaran Uang This story is only available in Indonesian. Beberapa tahun lalu pada bulan yang sama, saya mengunjungi mall dekat tempat tinggal saya sekitar sore menuju malam hari. Saat itu saya masih sendiri - ehm :) sekarang juga belum berubah sih. Saya memesan satu tiket midnight show sehingga saya akan menutup hari bersamaan dengan banyak orang di dalam bioskop - tidak sendirian di rumah. Sebelum film dimulai, saya makan malam dulu. Makanan yang cocok untuk disantap di mall adalah sesuatu yang terasa internasional, tapi agak pedas sesuai cita rasa Indonesia. Kali itu pilihan saya adalah menu masakan yang sudah ada sejak jaman kemerdekaan: ramen jepang... halal. Seperti masa penjajahan dulu, kedai yang menjual makanan ini sangat menyukai… antrian. Akhirnya, saya tiba di bioskop berdekatan dengan film dimulai. Sebelum masuk ke ruang pemutaran film, saya menyempatkan diri untuk membeli jagung beledug dan buang air kecil - ritual rutin supaya ga ngerepotin orang lain ketika film diputar. Ketika saya keluar dari wc, seseorang menjatuhkan selembar uang sepuluh ribuan di dekat pintu kamar mandi. Saya mengambil lembaran itu dan berniat mengembalikan uang tersebut tapi tadi saya tidak melihat orang yang menjatuhkannya. Ketika saya amati lebih jauh, di atas lembaran uang itu tertulis… “Jika menemukan uang ini, tolong hubungi 08XX XXX-XXXXX”Ketika saya masuk ke dalam ruang theatre satu, film sudah diputar. Saya mengirim pesan ke nomor yang tadi memberitahukan bahwa saya menemukan uang di depan wc bioskop. Film dimulai. Tidak lama sejak saat itu, saya mendapat telepon dari nomor tak dikenal. Karena sedang di tengah film, saya tidak mengangkat telepon itu. Belum sampai lima menit kemudian, telepon bergetar lagi dan lagi-lagi saya tidak angkat. Itu terjadi beberapa kali lagi dan setiap kali nomer itu berubah seperti telepon dari perangkat telemarketing, tapi setiap nomor selalu diakhiri dengan angka empat - yang menurut kepercayaan cina melambangkan kesialan. Sebuah pesan masuk ke ponsel saya. “Kamu DI MANA?” Walaupun pesan dikirimkan dengan huruf besar, tapi saya tidak melakukan sesuatu yang menurut saya salah. Saya balas dengan sopan. “Maaf, saya sedang di tengah film. Nanti saya akan hubungi setelah film berakhir.” Balasan yang saya dapat tidak terduga… “Saya sudah mencoba menghubungi, tapi Kamu tidak pernah mau menanggapi dengan serius. Sekarang kutukan uang itu ada pada kamu.” Saya bingung membaca pesan itu dan sedikit khawatir. Saya pun keluar dari theatre melalui pintu EXIT dan melakukan panggilan ke nomor tersebut, tapi saya malah mendapat jawaban dari operator bahwa nomor itu tidak terdaftar. Saya mencoba membalas pesan dan melakukan panggilan whatsapp, tapi keduanya tidak terkirim. Saya berpikir itu mungkin hanya seseorang yang mencoba menakut-nakuti. Saya kembali ke ruang theatre, tapi ruang itu kosong. Tidak ada film yang diputar, tidak ada penonton yang duduk. Apakah saya masuk ruangan yang salah. Saya keluar dan memasuki ruang theater sebelah, tapi pintunya terkunci dan tidak ada suara apa-apa di dalamnya. Saya mencoba ruang theatre lain, tapi hasilnya sama saja. Apa yang terjadi. Saya berada di koridor belakang theatre sendirian dengan penerangan yang cukup dari lampu neon. Sesekali lampu neon berkerlip bergantian - ada saat dimana area tempat saya berdiri cukup gelap. Hal seperti itu tidak wajar, walaupun kemungkinan listrik tidak stabil selalu ada. Hal yang lebih tidak wajar adalah ketika saya sayup sayup mendengar suara cekikik seorang wanita. Saya mencoba berteriak, “Siapa di sana?”, tapi balasan yang saya dapat hanya cekikik lainnya. Saya merasa agak ngeri dan mulai berjalan cepat menyusuri koridor. Semakin jauh saya berjalan, kerlip lampu seperti semakin sering dan penerangan koridor semakin rentan. Suara cekikik itu masih ada dan semakin lama terasa semakin dekat. Saya menarik keluar ponsel saya dan mencoba menghubungi adik saya, tapi baterai habis. Sungguh sial. Dari semula berjalan cepat, sekarang saya berlari menyusuri koridor dan menuruni tangga. Hingga akhirnya di anak tangga terakhir ketika saya berhenti sejenak untuk mengambil nafas, saya menengok ke belakang dan melihat sesuatu… itu terlihat agak samar, tapi berwarna hitam seperti sekumpulan kabut tebal yang berbentuk manusia. Dua matanya berwarna merah. Seketika itu saya berteriak. Saya berlari dengan secepat mungkin menyusuri area parkir mall hingga akhirnya menembus kegelapan malam. Di luar saya bertemu penjaga portal yang sepertinya juga manusia. Saya segera mengeluarkan dompet dan memberikan uang terkutuk itu kepada penjaga portal. “Ini, Pak, buat rokok…” Dan uang terkutuk itu tidak lagi ada di tangan saya. Kemudian saya berjalan pulang. Malam itu saya tidak bisa tidur, tapi untung saja tidak ada hal mengerikan lain yang terjadi. Sekian. Dengarkan versi audio visual-nya di sini.
Written by: adhi
|